Pages

Minggu, 25 Oktober 2009

4 Faktor Menggapai Cinta Allah

Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya. Amma Ba’du.
Bagaimanakah engkau mendapatkan cinta Allah ? Bagaimanakah engkau meraih keridhaanNya? Dan bagaimanakah engkau menjadi hambaNya ? Sesungguhnya cita-cita yang paling luhur dalam Islam adalah, saat engkau menjadi orang yang dicintai oleh Allah, orang yang dekat denganNya dan menjadi kekasih dan WaliNya. Karena itulah Rasulullah mengelompokkan para wali (orang-orang beriman) menjadi dua kelompok; orang yang pertengahan dalam beramal dan orang yang terdepan dalam melakukan kebajikan.
 Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Allah berfirman, Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka dia telah menantang perang denganKu, tidaklah hambaKu bertaqarrub kepadaKu dengan amal ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan hambaKu tiada henti-hentinya bertaqarrub kepadaKu dengan segala yang sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya, yang dengannya dia mendengar, menjadi penglihatannya, yang dengannya dia memandang, menjadi tangannya, yang dengannya dia menggenggam, dan menjadi kakinya yang dengannya dia melangkah. Jika dia meminta kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi permintaannya dan jika dia berlindung kepadaKu, niscaya Aku akan melindunginya.”

Ini adalah hadits wilayah(hadits yang menjelaskan tentang waliyullah/kekasih Allah) yang telah diuraikan maknanya oleh para ulama dalam buku-buku mereka. Hadits ini merupakan hadits yang amat agung dalam Islam, dan Imam asy-syaukani memiliki uraian yang indah dalam bukunya yang berjudul, “Qathr al-Waly Fi Syarh Hadits al-Waly”.
Dalam hadits ini Allah mengelompokkan orang-orang yang beriman menjadi dua kelompok, orang yang pertengahan dalam beramal (al-Muqtashid) dan orang yang terdepan dalam melakukan kebajikan (as-sabiq bil khairat).
Al-Muqtashidadalah orang yang menunaikan segala yang wajib dan as-sabiq bil khairat adalah orang yang mendekatkan diri (bertaqarrub) kepada Allah dengan segala yang sunnah. Allah berfirman,
“Kemudian Kitab ini kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan.”(Fathir : 32)

Ibnu Taimiyah berkata yang artinya, “Semua golongan itu akan masuk surga.”
Ini merupakan berita gembira bagi kita karena kita menganggap diri kita termasuk orang-orang yang menganiaya diri.
Masruq bertanya kepada Aisyah “Wahai ibu, siapakah orang-orang yang terdepan dalam melakukan amal kebajikan ?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang terdepan dalam melakukan amal kebajikan adalah orang-orang yang pernah hidup bersama Rasulullah dan orang-orang yang pertengahan adalah orang-orang yang datang setelah mereka atau yang mengikuti mereka. Sedangkan orang-orang yang menganiaya dirinya adalah saya dan kamu.”
Ini adalah sikap tawadhu’ yang diperlihatkan oleh Aisyah.

Faktor-Faktor Menggapai Cinta Allah
Adapun faktor - faktor untuk menggapai cinta Allah adalah sebagai berikut :

Pertama, al-Qur’an al-Karim
Sesuatu yang paling besar manfaatnya dan paling dapat mendekatkan seseorang kepada Allah adalah Al Qur’an, karena dialah kitab yang agung yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah.

Maka tidak ada kesuksesan bagi umat ini dan tidak ada kebahagiaan baginya selain membaca dan mentadaburial-Quran. Ketika umat jauh dari al-Qur’an dan mencari alternatif lain selainnya, maka Allah akan melemparkan mereka dalam perdebatan.
Tirmidzi dan Abu Umamah meriwayatkan secara marfur’bahwa Rasulullah bersabda,

“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mereka mendapatkan petunjuk, melainkan mereka dijadikannya saling berdebat.”
Umat Islam kini hidup dalam kerendahan nilai, prinsip dan pendidikan, ketika mereka berpaling dari al-Qur’an dan sunnah. Sehingga forum-forum mereka mandul, tidak memiliki faedah dan manfaat apa-apa serta tidak memberikan kebaikan kepada mereka, baik di dunia maupun di akhirat.
Umat yang mengambil kebudayaannya dari selain al-Qur’an, adalah umat yang tidak memiliki intelektualitas, daya nalar dan kemuliaan. Karena itulah, siapa pun yang mencermati kehidupan generasi as-salaf-as-shalih pada abad-abad yang utama, akan mendapati mereka memegang teguh al-Quran dan sunnah. Sehingga mereka menjadi generasi yang paling pantas, paling ikhlas, paling jujur, dan paling mulia dalam beribadah, zuhud dan kembali kepada Allah.
Namun ketika berpaling kecuali orang – orang yang dirahmati Allah dari al-Qur’an, maka hati kita menjadi mati dan kita kehilangan cahaya, sinar dan keinginan cahaya, sinar dan keinginan untuk kembali kepada Allah.
Allah berfirman kepada RasulNya, “Dan supaya aku membacakan al-Qur’an (kepada manusia)”. (An-Naml : 92). Tugas Nabi adalah membacakan al-Qur’an kepada Manusia dan karena itulah di awal hayatnya, beliau melarang menulis hadits agar manusia tidak disibukkan dengan hadits hingga meninggalkan al-Qur’an.
Muslim meriwayatkan dari Hisyam bin Sa’d bin ‘Amir dari bapaknya dari kakeknya – bapak dan kakeknya merupakan dua orang sahabat Anshar yang ikut dalam perang Badar dan Uhud – sebuah bait sya’ir yang berbunyi,

Itulah, akhlak-akhlak mulia, bukan sekedar dua campuran antara susu dengan air yang akhirnya menjadi kering.”

Jika seorang muslim ingin membanggakan diri, maka berbanggalah dengan ujian yang didapatnya dalam Islam, keberanian dan pengabdiannya untuk agama ini dan kemauannya meninggikan kalimat “La ilaha illallah.”
Adapun orang yang membanggakan diri dengan nasab, keluarga, etnis, kedudukan dan jabatan, maka itulah kebanggaan yang dilakukan Fir’aun dan orang-orang yang sama dengannya sampai Allah mewarisi bumi ini dan segala yang ada di atasnya.
Sa’ad bin Hisyam bin Amir berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah.” Dia berkata, “Akhlak beliau adalah al-Qur’an.”
Itulah ungkapan yang amat padat setelah al-Qur’an dalam menggambarkan pribadi Rasulullah. Seolah-olah beliau adalah al-Qur’an yang berjalan di atas muka bumi. Jika engkau membaca al-Qur’an, maka seakan engkau membaca kehidupan Nabi.
 Allah berfirman kepada NabiNya dalam al-Qur’an,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(al-Qalam : 4)

“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali Imran : 159)

Allah berfirman,
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf : 199)
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (Keimanan dan Keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin .” (At-Taubah : 128)
Rasulullah telah mengajarkan kepada para sahabatnya bagaimana hidup bersama al-Qur’an melalui hadits – hadits yang jika dibaca oleh seorang muslim, akan menjadikan hatinya rindu ingin mendengarkan al-Qur’an.

Muslim meriwayatkan dari Abu Umamah bahwasanya Rasulullah bersabda :
“Bacalah al-Qur’an, karena karena kelak pada hari kiamat ia akan memberi syafa’at bagi para pembacanya.”
Jika al-Qur’an akan memberi syafa’at kepadamu, maka sungguh bahagianya hatimu.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ustman bahwa Rasulullah bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Demi Allah, orang yang paling baik, paling luhur dan paling mulia dari kita adalah orang yang hidup bersama al-Qur’an.
Inilah kriteria yang Allah turunkan ke bumi, bukan kriteria penghuni bumi dan kaum materialis yang memandang manusia berdasarkan kedudukan, jabatan dan keturunan.
Karena itulah, Rasulullah memposisikan manusia sesuai dengan kadar kedekatan mereka dengan al-Qur’an dan beliau menghormati mereka sesuai dengan kadar hafalan mereka terhadap Kitabullah dan sesuai dengan kadar bacaan mereka terhadapnya.
Anas berkata, Rasulullah mengirim suatu pasukan untuk berperang di jalan Allah. Lalu beliau bertanya, “Siapakah dari kalian yang hafal al-Qur’an ?” Semuanya terdiam. Nabi lalu bertanya lagi, “Adakah seseorang dari kalian yang hafal al-Qur’an ?” Seorang laki-laki menjawab. “Aku wahai Rasulullah” Beliau bertanya kepadanya, “Surat apa yang kamu hafal?” Dia menjawab, “Saya hafal surat al-Baqarah”. Akhirnya beliau berkata kepadanya, “Pergilah, kamulah yang menjadi pemimpin pasukan ini.”
Inilah kriteria kelayakan dalam Islam, orang-orang yang komitmen dengan prinsip La ilaha illallah dan orang-orang yang kembali kepada Allah.
Selagi kamu hafal surat al-Baqarah di dalam dadamu, kamu hidup bersamanya dan mengamalkan kandungannya, maka kamulah yang menjadi pemimpin pasukan.
Jabir berkata, “Rasulullah menanyakan para korban perang Uhud yang terbunuh. Siapa dari mereka yang paling banyak menghafal al-Qur’an, maka beliau mendahulukannya memasukkan ke dalam liang lahad.”
Al-Qur’an adalah teman berbicara di malam hari. Bahkan jika kamu memasuki rumah salah seorang sahabat Muhajirin atau Anshar, maka kamu akan mendapati al-Qur’an digantungkan di rumahnya, sedang pedang disampingnya. Pedang untuk menaklukkan negeri dan al-Qur’an untuk menaklukkan hati.
Karena itulah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa disebutkan bahwa Rasulullah mendengarkan bacaannya di malam hari. Abu Musa memiliki suara yang sangat indah yang mengalir ke dalam hati sehingga mampu berbicara secara langsung kepada jiwa manusia.
Rasulullah keluar dan merebahkan tubuhnya di emperan masjid yang berada di dekat rumahnya. Beliau pun mulai mendengarkan bacaan Abu Musa. Di pagi harinya, Nabi berkata kepadanya, “Engkau telah dikaruniai suara seperti suling keluarga Nabi Daud. Abu Musa bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah tadi malam engkau mendengarkanku?” Beliau menjawab, “Ya, demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya”. Abu Musa berkata lagi, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, seandainya aku tahu engkau mendengarkanku, aku akan memperindah bacaanku untukmu.” Yaitu memperindahnya hingga lebih membekas lagi.
Al-Qur’an seluruhnya amat menakjubkan. Allah berfirman,
“Katakanlah (Hai Muhammad) Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (al-Qur’an), lalu mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan.” (Al-Jin : 1).
Seorang ahli tafsir mengatakan, “menakjubkan” hingga jin pun menikmati al-Qur’an. Karena itulah jin mengatakan sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Ahqaf,
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata ,.”Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).”Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kita yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari adzab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari Adzab Allah di muka bumi dan dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Ahqaf : 29-32).
Peristiwa ini terjadi ketika Rasulullah kembali dari Tha’if, yaitu ketika beliau membaca Al-Quran di sebuah lembah kebun kurma. Ketika para jin mendengarkan al-Qur’an, mereka pun akhirnya masuk Islam dan beriman. Lalu kembali kepada kaum mereka untuk memberikan peringatan kepada mereka dan meninggikan kalimat “La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.”
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda,
Sesungguhnya orang yang di dalam perutnya, tidak akan sedikit bacaan Al-Quran seperti rumah yang rusak.
Rumah yang tak berpenghuni adalah rumah yang ditempati burung-burung gagak, ular dan kalajengking.
Sedangkan hati yang tak diisi oleh al-Qur’an adalah hati yang diisi kemunafikan, bisikan setan, bisikan jahat, cinta buta, nyanyian-nyanyian kotor dan pandangan buruk.
Rasulullah memberi kabar gembira kepada sahabatnya dengan kedudukan dan kedekatan mereka dengan al-Qur’an.
Rasulullah berkata kepada sayyidul Al-Qurra’ Pemimpin para penghapal al-Qur’an). Ubai bin Ka’ab dari golongan Anshar, ‘Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk membacakan kepadamu ayat ini,
“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya).” (Al-Bayyinah : 1)
Allah dari atas langit yang tujuh menyebut-nyebut nama Ubai, salah seorang sahabat Nabi, kemuliaan apakah ini ?
Ubai berkata, “Apakah Allah menyebut-nyebut namaku kepadamu ?” Rasulullah menjawab, “Ya, demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya.” Akhirnya air mata Ubai pun menetes dan Rasulullah membacakan kepadanya surat al-Bayyinah.
DalamShahih Muslim disebutkan bahwasanya Rasulullah hendak bertanya kepada Ubai untuk menguji kedekatannya dengan al-Qur’an, banyak hafalannya, pengetahuannya dan kecerdasannya.
Beliau bertanya, “Wahai Abu Mundzir, ayat apakah yang paling agung dalam al-Qur’an ?”
Ubai menjawab, Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.”
Beliau bertanya kembali, “Ayat apakah yang paling agung dalam al- Qur’an ?”
Ubai menjawab,
“Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya).” (Al-Baqarah : 255).
Rasulullah kemudian mengulurkan telapak tangannya, dan memukulkannya ke dada Ubai sambil berkata, “Hendaklah ilmu membuatmu bahagia, wahai Abu Mundzir.”
Inilah ilmu yang menjadi rebutan dan inilah ilmu yang bermanfaat. Maka jadilah Ubai sebagai sayyidul qurra’ (pemimpin para penghafal al-Quran). Rasulullah bahkan ketika lupa salah satu ayat lalu beliau diingatkan oleh salah seorang sahabat, beliau bertanya kepada Ubai usai shalat untuk memastikan, karena kedudukannya dengan al-Qur’an.
Sedangkan Rasulullah sendiri adalah orang yang sangat terpengaruh dengan al-Qur’an dan amat memperhatikannya.
Ibnu Abi Hatim dalam menafsirkan surat al-Gasyiyah menyebutkan, bahwa Rasulullah mendengar seorang wanita membaca al-Qur’an di malam hari. Beliau lalu meletakkan kepalanya di pintu rumah wanita itu yang terus membaca tanpa mengetahui bahwa Rasulullah sedang mendengarkannya. Dia membaca ayat,
Sudah datangkah kepadamu (tentang) hari pembalasan (Al-Ghasyiyah : 1)
Rasulullah pun menangis dan berkata, “Ya, telah datang kepadaku, ya, telah datang kepadaku.”
Para sahabat pun mendapat pengaruh al-Qur’an dari Rasulullah ketika mereka melihat beliau hidup bersama ayat-ayatnya seakan beliau melihatnya langsung.
Ibnu Katsir dalam bukunya al-Bidayah wa an-Nihayah ketika menyebutkan biografi Umar mengatakan bahwa Umar pernah sakit karena terpengaruh oleh satu ayat, sehingga para sahabat menjenguknya.
Dalam satu riwayat dikatakan bahwa ayat tersebut adalah firman Allah,
“Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya, Kenapa kamu tidak tolong-menolong ? Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (Ash-Shafat : 24-26).
Dengan demikian, maka tidaklah mungkin seorang hamba mencintai Allah sebelum dia mencintai al-Qur’an. Karena itulah Ibnu Mas’ud mengatakan, “Janganlah seseorang dari kalian bertanya tentang cintanya kepada Allah, tetapi tanyakanlah kepada dirinya tentang cintanya kepada al-Qur’an”. Jika engkau mencintai al-Qur’an, maka engkau telah mencintai Allah, dan seberapa besar cintamu kepada al-Qur’an, maka sebesar itu pulalah cintamu kepada Allah.
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Usaid bin Khudhair bangun untuk membaca surat al-Baqarah, lalu kudanya berkeliling di kandangnya. Usaid membatalkan shalatnya karena kuda itu hampir saja menginjak anaknya dengan kakinya. Tiba-tiba ia melihat sebuah bayangan mendekati kepalanya dan peristiwa itupun diceritakannya kepada Rasulullah. Beliau bertanya, “Apakah kamu benar-benar melihatnya ?” Usaid menjawab, “Ya” Beliau berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya malaikat turun untuk mendengarkan bacaanmu. Seandainya engkau membaca hingga pagi, tentu orang-orang akan melihatnya, karena tidak ada sesuatu yang dihalanginya.” Hadits dengan lafazh ini atau yang seperti ini adalah shahih.
Paras sahabat malamnya selalu bersama al-Qur’an, sedangkan kita, malam kita habis bukan bersama al-Qur’an, tetapi begadang yang tidak bermanfaat, mengobrol dan berdebat yang dibenci yang tidak berguna dan tidak mendekatkan kita kepada Allah serta tidak memberikan manfaat untuk dunia dan akhirat. Maka kita rugi karena tidak membuat kita dekat dengan Allah dan jauh dari derajat orang-orang yang baik.
Malam-malam kita habis dengan segala permainan dan kemaksiatan, sedangkan malam – malam mereka habis dengan al-Qur’an dan tahajud.
Saya katakan kepada malam, apakah di perutmu ada rahasia
yang penuh dengan obrolan dan rahasia ?
Dia berkata, “Saya tidak pernah menemukan dalam hidupku suatu perbincangan

seperti perbincangan para kekasih di waktu sahur .”
Malam yang dihabiskan oleh para sahabat bersama al-Qur’an, sangat sedikit dari kita yang melakukannya.
Ibnu Abbas berkata, “Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah, lalu Rasulullah datang dan masuk ke rumahnya setelah shalat Isya, sedangkan aku tidur di atas bantal. Beliau bertanya, “Apakah anak itu sudah tidur ?”
Ibnu Abbas pura-pura tidur dan tidak tidur yang sebenarnya.
Maimunah menjawab, “Sudah.” Kemudian beliau pergi ke ranjang, lalu berzikir dan berdoa kepada Allah, lalu tidur.
Ibnu Abbas berkata, “Hingga aku mendengar dengkurannya.
Setelah itu beliau bangun, menghilangkan rasa kantuk di matanya dan membaca,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit-langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Mahasuci Engkau, maka perilahalah kami dari siksa neraka’.”(Ali Imran : 190-191).
Beliau membaca ayat-ayat ini sehingga sempurna sepuluh ayat.
Kemudian beliau bangun dan keluar dari rumah. Ibnu Abbas menyusulnya dengan membawa air dan wadah lalu meletakkannya di depan pintu.
Setelah kembali, beliau melihat air, dan bertanya kepada dirinya, “Siapakah yang meletakkan air untukku ?”
Ibnu Abbas menghafal kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Nabi pada malam itu. Kemudian beliau mendoakannya :
“Ya Allah, berikanlah kepadanya pemahaman dalam bidang agama dan ajarkanlah kepadanya takwil.”
Inilah awal kehidupan intelektualitas Ibnu Abbas
Kemudian Rasulullah menghadap ke Kiblat dan membaca,
“Ya Allah, bagiMu segala puji , Engkau yang mengurus langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. BagiMu segala puji , Engkau cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. BagiMu segala puji, Engkaulah raja langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. BagiMu segala puji, Engkaulah yang Haaq, janjiMu haq, firmanMu adalah haq, surga adalah haq, neraka adalah haq, para nabi adalah haq dan Muhammad adalah haq.”
“Ya Allah, kepadaMu aku berserah, kepadaMu aku beriman, kepadaMu aku tawakal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu dalam penyelesaian pertikaian, kepadaMu aku mengharap keputusan. Ampunilah segala yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, apa yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan.”
Kemudian beliau bangun untuk melaksanakan shalat dan Ibnu Abbas ikut pula shalat bersama beliau pada malam yang panjang.
Rasulullah shalat dengan membaca Al-Qur’an hingga orang-orang yang ikut shalat bersamanya tidak mampu menahan diri hingga beliau selesai.
Ibnu Mas’ud berkata, “Pada suatu malam Rasulullah shalat dan aku pun ikut shalat bersamanya. Beliau membaca surat hingga aku ingin melakukan sesuatu yang buruk.” Ketika ditanya,” Apa yang ingin engkau lakukan?” Dia menjawab, “Aku ingin duduk dan meninggalkan Nabi.”
Hudzaifah berkata, “Aku shalat bersama Rasulullah, lalu beliau memulainya dengan membaca surat al-Baqarah. Aku katakan, Beliau ruku ketika telah membaca seratus ayat’ kemudian beliau membaca lagi al-Qur’an dan memulainya dengan surat an-Nisa’ (menurut susunan mushaf Ibnu Mas’ud), lalu membacanya. Aku katakan, ‘Beliau rukuk ketika telah sampai akhir surat.’ Kemudian beliau memulai lagi dengan membaca surat Ali Imran, lalu membacanya. Beliau bertasbih ketika menjumpai ayat tasbih, memohon karunia kepada Allah ketika menjumpai ayat rahmat dan berlindung kepada Allah ketika menjumpai ayat adzab.”
Ini shalat yang dilakukan oleh Rasulullah.
Jadi, faktor pertama yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah adalah membaca Al-Qur’an, hidup di bawah naungannya, mentadaburinya,lalu mengulangi bacaannya dan mengamalkannya.
Kedua, melepaskan dunia (tajarud ‘anidduniya) dan zuhud terhadapnya.
Ini ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Sahal bin Sa’ad bahwasanya dia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, lalu dia bertanya, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku amal perbuatan yang jika aku lakukan, Allah mencintaiku dan manusia pun mencintaiku?” Beliau menjawab,
“Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, maka manusia akan mencintaimu.”
Hal yang paling agung yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah adalah menyingkirkan cinta dunia dari hatinya.
Jika seorang hamba mengeluarkan cinta dunia dari hatinya dan mengisinya dengan cinta kepada Allah, maka Allah akan mencintainya.
Cinta Allah tidaklah dapat diraih kecuali engkau menjadi hambaNya dan penghambaan berarti tunduk, merendah dan pasrah kepada Allah.
Karena itulah Allah berfirman kepada RasulNya ketika memuliakannya dengan memperjalankannya dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha (Isra’),
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya dari al-Masjid al- Haram ke al-Masjid al-Aqsha .” (Al-Isra : 1).
Ketika memberi peringatan kepadanya, Allah berfirman,
“Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembahNya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya .” (Al-Jin : 19).
Ketika Allah menjelaskan bahwa Dia yang menurunkan al-Qur’an kepadanya. Dia berfirman kepadanya,
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Qur’an) kepada hambaNya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Al- Furqan : 1).
Keunggulan as-salaf as-shalih atas diri kita pada sisi ini, mereka telah melepaskan dunia. Dunia ada di tangan mereka, tetapi tidak ada di hati mereka. Karena itulah Allah mencintai mereka.
Rasulullah telah memperingatkan mereka dan juga kita dari cinta dunia dan menyembah kepadaNya. Sebab ada sebagian manusia yang menyembah dinar dan dirham. Ada yang menyembah khamishah(sejenis pakaian) dan khamilah(pohon-pohon yang lebat).
Ada pula yang menyembah jabatan dan pangkat.
Rasulullah bersabda,
“Celakalah hamba dirham,celakalah hamba dinar, celakalah hamba khamilah, celakakah hamba khamisah, celakalah ia dan tersungkurlah. Jika ia terkena duri semoga ia tidak bias mencabutnya.”
Mengapa mereka celaka ? Karena mereka telah menjadi budak hawa nafsu,
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya.” (Al-Jatsiyah : 23).
Kita telah sering mendengar kisah Muhammad bin Wasi’az-Zahid ketika bergabung dalam pasukan yang dipimpin oleh Qutaibah untuk meninggikan kalimat la ilaha illallah di belahan timur wilayah Islam.
Qutaibah ingin mengujinya di hadapan para komandan perang dan para menteri. Sambil memegang kantong berisi emas yang besarnya seperti kepala banteng, yang diperolehnya dari musuh, dia bertanya kepada mereka, “Apakah menurut kalian ada orang yang menolak kantong ini jika disodorkan kepadanya?’
Mereka menjawab, “Kami rasa tak seorang pun yang tidak menginginkan harta ini.
Qutaibah berkata, “Akan aku perlihatkan kepada kalian seorang dari umat Muhammad, yang emas baginya seperti debu. Panggillah Muhammad bin Wasi’ kepadaku!”
Kemudian para tentara pergi untuk membawa Muhammad bin Wasi’ menghadap kepada komandannya (Qutaibah). Mereka menemukannya sedang bertasbih, istighfar dan memuji Allah atas kemenangan kaum muslim.
Ketika dia menghadap, Qutaibah memberikan kepadanya emas, lalu dia pun mengambilnya. Qutaibah terkejut, karena dia mengira emas itu akan dikembalikan sehingga wajahnya berubah di hadapan para komandan dan menteri.
Muhammad bin Wasi’ lalu keluar dengan membawa emas. Qutaibah meminta kepadanya meminta kepada sebagian tentaranya untuk mengawasinya kemana di pergi ? Dan dia berkata, “Ya Allah janganlah Engkau pelesetkan dugaanku kepadanya”
Muhammad bin Wasi’ pergi membawa emasnya dan di jalan dia bertemu dengan seorang fakir miskin yang meminta-minta kepada tentara, lalu Muhammad bin Wasi’ memberikan seluruh emasnya kepadanya. Akhirnya berita ini disampaikan kepada Qutaibah dan dia pun berkata kepada para komandan dan menteri, “Bukankah aku katakan kepada kalian, ada seseorang dari umat Muhammad yang emas baginya seperti debu?”
Inilah kezuhudan! Dan kisah ini selalu saya ulang-ulang, karena dia amat membekas.
Kita perlu untuk selalu mengulang-ulangnya dalam khutbah-khutbah, nasehat-nasehat, pelajaran, pendidikan dan bimbingan agar manusia kembali kepada Allah. Sebab ada orang yang telah menjadi budak dunia sehingga tidak lagi mampu menghadiri majelis-majelis ilmu dan dakwah serta tidak mampu berkonsentrasi dalam zikir dan membaca al-Qur’an karena dunia.
Kita amat perlu untuk mengulang-ulang pelajaran ini agar hati-hati manusia sadar dan bangkit dari tidur dan kelalaiannya.
Ibnu Umar berkata, seperti yang tersebut dalam Shahih alBukhari, Rasulullah memegang pundakku dan berkata,
“Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melewati jalan.
Maka Ibnu Umar pun menjadi seorang sahabat yang paling zuhud terhadap dunia, bahkan dia lepaskan jabatan khilafah, padahal dia layak memangkunya seandainya dia meminta, karena hati semua orang telah tertarik kepadanya. Namun dia tinggalkan jabatan itu karena dia ingin mengamalkan nasehat Rasulullah. Dia seperti orang asing di dunia dan orang yang sedang melewati jalan, yang mengambil sedikit saja bekal dan meninggalkan segala kemewahannya.
Tajarud(melepaskan) dunia artinya engkau mengambil dari dunia ini apa yang berguna bagimu dan tidak membuatmu disibukkan olehnya serta menjadikannya sebagai penolong dalam rangka ketaatan kepada Allah.
Sementara sebagian orang memahami zuhud dengan meninggalkan dunia. Ini tidak benar.
Sebagian ulama menafsirkan zuhud dengan meninggalkan yang haram dan defenisi ini dinisbatkan kepada Imam Ahmad. Semua orang tentu dianggap zuhud jika zuhud hanya sebatas ini (meninggalkan yang haram).
Ibnu Taimiyah berkata, “Zuhud adalah meninggalkan segala yang tidak bermanfaat bagi akhirat. Sedangkan apa yang bermanfaat baginya, maka tidak boleh ditinggalkan”.
Ketiga,qiyamullail (shalat malam)
Faktor ketiga untuk meraih cinta Allah adalah shalat malam. Di sinilah kita mengadukan keadaan kita kepadaNya.
Allah menyebutkan sifat hamba-hambaNya dalam firmanNya,
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzariyat : 17-18).
Juga dalam firmanNya yang lain,
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dalam harap, dan mereka menafkah-kan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka.” (As-Sajadah : 16).
Tentang orang-orang yang beriman dari Ahli Kitab, Allah berfirman,
“Mereka itu tidak sama, di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat).” (Ali Imran : 113).
Rasulullah telah mendorong manusia agar melakukan shalat malam.
Shalat malam biasa dilakukan setengah jam atau sepertiga jam sebelum subuh, meski hanya dua rakaat agar Anda termasuk orang-orang yang mengingat Allah pada waktu itu.
Di dalam ash-Shahihaian,Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda,
“Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang tersisa, lalu Dia berkata, Adakah orang yang meminta, maka akan aku berikan permintaannya ? Adakah orang yang memohon ampunan, maka aku akan ampuni kesalahannya ? Adakah orang yang berdoa, maka aku akan kabulkan doanya?”
Allah turun sesuai keagunganNya dan kita tidak mempertanyakan bagaimana turunNya, tidak kita serupakan dengan makhlukNya dan kita tidak nafikan kandungannya.
Waktu ini adalah waktu yang banyak diabaikan orang, dan barangsiapa yang mengabaikannya, maka dia rugi dan hina, kecuali karena sakit, atau begadang untuk suatu kebaikan yang harus dilakukan, atau karena dalam perjalanan.
Rasulullah berkata, “Wahai Abdullah, maksudnya adalah Ibnu Umar janganlah seperti si Fulan, dia melakukan shalat malam, lalu meninggalkannya.
Hadits ini terdapat dalam kitab ash-Shahih
Ibnu Umar berkata, “Seorang sahabat apabila bermimpi, maka dia menceritakannya kepada Rasulullah, dan aku berharap bermimpi baik agar aku dapat menceritakannya kepada beliau.” Ibnu Umar berkata, “Ketika aku muda dan masih lajang, aku tidur di masjid, aku bermimpi dua orang laki-laki mengajakku ke sebuah sumur yang dibuat dari batu. Lalu aku melihat ke bawahnya dan aku merasa takut. Kedua orang yang mengajakku berkata, ‘Jangan takut.’ Lalu aku mengambil sehelai sutra yang jika aku isyaratkan ke arah manapun dari kebun yang hijau, niscaya aku dibawa terbang olehnya ke tempat itu. Di pagi hari aku ceritakan mimpiku kepada saudara perempuanku, Hafshah yang juga istri Rasulullah, lalu dia menceritakannya kepada beliau. Maka beliau berkata, “Sebaik-baik hamba Allah adalah Abdullah, seandainya dia melakukan shalat malam.
Nafi’ budak Ibnu Umar berkata, “Setelah itu Ibnu Umar tidak tidur di malam hari kecuali sedikit.”
Jika dalam perjalanan, Ibnu Umar juga tetap shalat, lalu dia bertanya kepada Nafi’, “Wahai Nafi’ apakah fajar telah terbit?” Jika dikatakan, ‘belum’, dia meneruskan shalatnya dan jika dikatakan, ‘telah terbit’, dia shalat witir satu rakaat, lalu menghadap Kiblat untuk melakukan shalat fajar.
Hal-hal yang dapat membantu melakukan shalat malam sebagaimana yang dikemukakan para ulama, antara lain :
  1. Mengurangi maksiat di siang hari Seorang laki-laki berkata kepada Hasan al-Bashri, “Wahai Abu Sa’id, aku tidak bisa shalat malam,” Al-Bashri menjawab, “Demi Tuhan Ka’bah, maksiat telah mengikatmu.
  2. Membaca wirid yang diajarkan Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib dan Fatimah, yaitu tasbih 33 kali, tahmid 33 kali dan takbir 34 kali.
  3. Tidak begadang di malam hari, karena saat ini orang begadang bukan untuk melakukan sesuatu yang diridhai Allah, kecuali orang yang dirahmatiNya. Bagaimana mungkin orang yang tidak tidur dari pukul 12 malam hingga pukul 2 pagi bisa melakukan shalat malam ? padahal waktu ini adalah waktu shalat malam bagi as-salaf ash-shalih.
  4. Qailulah(tidur di siang hari) agar dapat melakukan shalat di malam hari atau mencari ridha Allah.
Shalat malam merupakan sunnah yang dilakukan Rasulullah dan syi’ar Islam. Ketika kita meninggalkannya, kita kehilangan panasnya iman, kehilangan waktu untuk melakukan perhitungan terhadap diri (muthasabatunnafsi) dan kehilangan kesempatan untuk menghadap kepada Allah.

Keempat,merenungkan ayat-ayat Allah
Allah berfirman,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi,dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang – orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.” (Ali Imran : 190-191).
Setiap kali Anda merenungkan ayat Allah, maka ayat itu akan menunjukkanmu kepadaNya.
Di setiap sesuatu terdapat tanda
Yang menunjukkan keesaanNya
Sungguh aneh, bagaimana Tuhan ditentang
Atau bagaimana orang ingkar kepadaNya
Di setiap kejapan mata, di setiap pandangan, di setiap pohon, di setiap bunga, dan di setiap gunung terdapat ayat-ayat Allah.
Betapa banyak ayat-ayat Allah yang kita lewati, tapi kita mengambilnya sebagai pelajaran kecuali bagi orang yang ditolong Allah untuk bertafakur. Allah berfirman,
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana dia dihamparkan.” (Ali-Ghasyiyah : 17-20).
Merenungkan ayat-ayat Allah adalah sesuatu yang akan mendorong Anda untuk beribadah kepadaNya. Ini adalah ibadah orang-orang shalih yang selalu merenungkan ayat-ayat Allah yang jelas, semua ciptaanNya dan keindahan ciptaan Tuhan langit sehingga mereka kembali dengan keimanan dan keyakinan.
Betapa indahnya seandainya perjalanan kita dan rekreasi kita, kita manfaatkan untuk merenungkan ayat-ayat Allah. Maka tidak ada sebuah pohon pun yang dilewati manusia, kecuali seakan pohon itu berbicara kepadanya, La ilaha illallah.
Inilah sarana paling besar untuk mencintai Allah yang menciptakan segala sesuatu bagi kita dan ayat-ayatNya agar kita dapat mengambilnya sebagai pelajaran, sehingga kita semakin dekat denganNya.
Tanyakanlah kepada dokter yang tertimpa kecelakaan
Wahai dokter yang tahu tentang kedokteran, siapakah yang telah mencelakakanmu ?
Tanyakanlah kepada orang sakit yang selamat dan sembuh
Setelah semua cara pengobatan tak mampu menolongnya, siapakah yang menyembuhkanmu ?
Tanyakanlah kepada lebah, wahai burung-burung lembah
Siapakah yang menghiasimu dengan madumu ?
Jika kamu melihat ular besar mengeluarkan bisanya
Tanyakanlah kepadanya, siapakah yang mengisi bias itu ke dalam dirimu ?
Tanyakanlah, wahai ular, bagaimana engkau hidup
Sedang racun bias memenuhi mulutmu ?
Segala puji bagi Allah yang Maha Agung dengan DzatNya.
Yang tidak ada seorang pun melainkan semuanya dariMu.

( Sumber :  Buku "Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu" Karya Syekh Aidh Al Al Qarni )

Senin, 12 Oktober 2009

Dahsyatnya Kekuatan Sedekah

Di dalam Al-Quran, Al-Hadits dan atsar shahabah telah disebutkan beberapa keutamaan sedekah dan orang yang melakukannya. Baca dan renungilah secara baik dalil-dalil di bawah ini! Bersedekahlah, dan Anda akan merasakan betapa dahsyatnya kekuatan sedekah!![1]

1. Sedekah adalah Amal yang Utama
Rasulullah n telah bersabda :

اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى, وَ الْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ وَ الْيَدُ السُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ

“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, dan tangan di bawah adalah yang meminta.”[2]
‘Umar bin Khaththab a pernah berkata :

إِنَّ اْلأَعْمَالَ تَتَبَاهَى, فَتَقُوْلُ الصَّدَقَةُ : أَنَا أَفْضَلُكُمْ

“Sesungguhnya amalan-amalan itu saling membanggakan diri satu sama lain, maka sedekah pun berkata (kepada amalan-amalan lainnya), ‘Akulah yang paling utama di antara kalian’.”[3]

2. Melindungi dari Bencana
Ingatlah hadits Rasul n di bawah ini, dan sebenarnya hadits inilah yang memercikkan inspirasi kepada saya untuk menulis buku tentang pengobatan sedekah ini :

دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

“Obatilah orang sakit di antara kalian dengan sedekah.”[4]
Sebagian para salaf berpendapat bahwa sedekah bisa menolak bencana dan musibah-musibah, sekalipun pelakunya adalah orang zhalim. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah v mengatakan, “Sesungguhnya sedekah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai macam bencana sekalipun pelakunya orang yang fajir (pendosa), zhalim, atau bahkan orang kafir, karena Allah l akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan perantaraan sedekah tersebut…”.[5] Ibrahim An-Nakha’i juga menegaskan, “Para salaf berpandangan bahwa sedekah dapat menghindarkan orang yang zhalim (dari berbagai marabahaya dan kesusahan).”[6]

3. Berlipat Ganda Pahalanya
Allah l telah berfirman, “Perumpamaan (infak yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al-Baqarah [2] : 261)
Rasul n juga bersabda :

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ, وَ لاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ, وَ إِنَّ اللهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ

“Barangsiapa bersedekah senilai satu biji kurma yang berasal dari mata pencaharian yang baik –dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik–, maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian dipelihara untuk pemiliknya sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak kuda, sehingga sedekah itu menjadi (besar) seperti gunung.”[7]
Yahya bin Ma’ad berkata, “Aku tidak mengetahui adanya sebuah biji yang beratnya sebanding dengan gunung di dunia, kecuali dari biji yang disedekahkan.”[8]

4. Menghapus Dosa dan Kesalahan
Rasul n bersabda :

تَصَدَّقُوْا وَلَوْ بِتَمْرَةٍ, فَإِنَّهَا تَسُدُّ مِنَ الْجَائِعِ وَ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

“Bersedekahlah kalian, meski hanya dengan sebiji kurma. Sebab, sedekah dapat memenuhi kebutuhan orang yang kelaparan, dan memadamkan kesalahan, sebagaimana air mampu memadamkan api.”[9]
Beliau n juga pernah memberikan nasihat kepada para pedagang :

يَا مَعْشَرَ التُّجَّارِ, إِنَّ الشَّيْطَانَ وَ اْلإِثْمَ يَحْضِرَانِ الْبَيْعَ, فَشُوْبُوْا بَيْعَكُمْ بِالصَّدَقَةِ

“Wahai sekalian pedagang, sesungguhnya setan dan dosa menghadiri jual beli kalian, maka sertailah jual beli kalian dengan sedekah.”[10]

5. Menjadikan Harta Berkah dan Berkembang
Bersedekah bisa menjadikan pelakunya memiliki harta yang berlimpah. Maka, jadilah orang kaya, dengan bersedekah. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya’.” (Saba’ [34] : 39)
Rasulullah n bersabda :

إِنَّ اللهَ لَيُرَبِّي لأَحَدِكُمُ التَّمْرَةَ وَ اللُّقْمَةَ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فُلُوَّهُ أَوْ فَصِيْلَهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ أُحُدٍ

“Sesungguhnya Allah akan mengembangkan sedekah kurma atau sepotong makanan dari seorang di antara kalian, sebagaimana seorang di antara kalian memelihara anak kuda atau anak untanya, sehingga sedekah tersebut menjadi besar seperti bukit Uhud.”[11]

6. Melapangkan Jalan ke Surga, Menyumbat Jalan ke Neraka
Allah l berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali ‘Imran [3] : 133-134)
Rasulullah n bersabda :

اِجْعَلُوْا بَيْنَكُمْ وَ بَيْنَ النَّارِ حِجَابًا وَلَوْ بِشِقِّ التَّمْرِ

“Buatlah penghalang antara dirimu dan api neraka walaupun hanya dengan separuh butir kurma.”[12]

7. Bukti Kebenaran dan Kekuatan Iman
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah n menegaskan :

وَ الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

“Sedekah adalah menjadi burhan (bukti).”[13]
Maksudnya, sedekah adalah bukti keimanan pelakunya. Sesungguhnya orang munafik menolak keberadaan sedekah karena tidak meyakininya. Barangsiapa yang mau bersedekah, maka hal itu menunjukkan kebenaran imannya.[14]
Rasul n juga bersabda :

لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

“Sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.”[15]

8. Membawa Keberuntungan dan Merupakan Pintu Gerbang Semua Kebaikan
Allah k telah berfirman, “Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr [59] : 9)
Dalam ayat lain, Allah juga menegaskan, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sehahagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali ‘Imran [3] : 92)

9. Penggemar Sedekah Mendapat Naungan di Mahsyar
Sedekah akan menolong pelakunya dari kesengsaraan dalam perjalanan menuju alam akhirat. Rasulullah n bersabda :

كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ

“Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskannya perkara-perkara di antara manusia.”[16]
Di dalam hadits lain, beliau n juga bersabda :

ظِلُّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ

“Naungan seorang mukmin di hari kiamat adalah sedekahnya.”[17]

10.Pahalanya Mengalir Terus Setelah Mati
Rasul n bersabda :

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنُ مِنْ عَمَلِهِ وَ حَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ –وَ ذَكَرَ مِنْ ذَلِكَ- وَ مُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لابْنِ السَّبِيْلِ بَنَاهُ أَوْ نَهَرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَتِهِ وَ حَيَاتِهِ يَلْحَقَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

“Pahala amalan dan kebaikan yang bakal menghampiri seorang mukmin sepeninggalnya –-beliau menyebutkan di antaranya–, (yakni) mushaf yang ia tinggalkan, masjid yang ia bangun, rumah untuk orang yang dalam perjalanan yang ia bangun, sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya di kala sehat dan hidupnya, maka ia akan bakal menghampirinya sepeninggalnya.”[18]

11.Menghadiahkan Pahala Sedekah kepada Mayit Disyariatkan
Menurut para ulama ahlus sunnah, bahwa sedekah yang kita keluarkan untuk seseorang yang telah meninggal dunia, maka pahalanya akan sampai kepada si mayit. Hal ini merupakan bukti betapa agungnya sedekah dan betapa mulianya orang yang gemar bersedekah. Banyak hadits yang mempertegas masalah ini. Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah x :

أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيُّ n فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِنَّ أُمِّي اُفْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَ لَمْ تُوْصِي, وَ أَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ. أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ : نَعَمْ

“Bahwasanya ada seseorang yang datang menemui Rasulullah n seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku meninggal secara tiba-tiba dan tidak berwasiat. Aku menduga, sekiranya ia mampu berbicara, tentu ia ingin bersedekah. Apakah ia akan mendapatkan pahala bila aku bersedekah atas nama ibuku?’ Beliau menjawab, ‘Ya’.”[19]

Jumat, 17 Juli 2009

Sudah Tampakkah Hari Kiamat Itu???

Tanda-tanda akan datangnya hari kiamat???

1. PERLOMBAAN PEMBANGUNAN GEDUNG-GEDUNG DAN BANYAK TERJADI GEMPA BUMI

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah RA, dari Rasululullah SAW,
"Kiamat tidak akan terjadi sebelum manusia berlomba-lomba meninggikan gedung-gedung. Kiamat tidak akan terjadi sebelum ada dua golongan besar berperang hebat, padahal keyakinan keduanya sama. Kiamat tidak akan terjadi sebelum dicabutnya ilmu, banyak gempa (bumi), waktu (terasa) salin berdekatan, banyak huru-hara, dan banyak pembunuhan. Kiamat tidak akan terjadi sebelum munculnya dajjal-dajjal pendusta hampir tiga puluh orang banyaknya, masing-masing mengaku dirinya utusan Allah. Kiamat tidak akan terjadi sebelum ada seorang laki-laki melewati kuburan orang lain lalu berkata, "Alangkah baiknya andaikan aku menempati tempatmu." Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat. Apabila ia telah terbit dan diketahui orang banyak, maka mereka pun beriman semuanya. Tapi waktu itu iman seseorang tidak berguna lagi bagi dirinya, yang sebelumnya tidak beriman, atau (belum) berbuat baik dalam masa imannya. Kiamat tidak akan terjadi sebelum harta melimpah ruah di tengah kamu, sampai pemilik harta kebingungan, karena tidak ada orang yang mau menerima (sedekah) nya."

2. MENIPISNYA ILMU DAN MERAJALELANYA KEBODOHAN

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Anas RA, dari Rasululullah SAW,
"Sesungguhnya di antara syarat-syarat terjadinya kiamat ialah jika ilmu telah dicabut, kebodohan merajalela, perzinaan tersebar luas, khamer diminum, kaum lelaki berkurang, tinggal kaum wanita saja, sehingga lima puluh wanita menjadi tanggungan seorang lelaki."

3. MUNCULNYA RUWAIBIDHAH (ORANG BODOH YANG DIPERCAYA)

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Rasululullah SAW,
"Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, di masa itu para pendusta dibenarkan omongannya sedangkan orang-orang jujur didustakan, dimasa itu para pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa itu muncul Ruwaibidlah, ditanyakan kepada beliau Saw. apa itu Ruwaibidlah? Rasul menjawab: Seorang yang bodoh yang dipercaya berbicara tentang masalah rakyat/publik. "

4. KEBODOHAN MANUSIA TENTANG SYARIAT AGAMA

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr RA, dari Rasululullah SAW,
"Kiamat tidak akan terjadi sebelum Allah mencabut syariatNya dari penduduk bumi, maka tinggallah orang-orang bodoh yang ada disana. Mereka tidak mengenal perkara makruf dan tidak mengingkari perkara mungkar."

5. LENYAPNYA TAUHIID

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Anas RA, dari Rasululullah SAW,
"Kiamat tidak akan terjadi sehingga di muka bumi tidak terdengar lagi ucapan, "La Ilaha Illalah" (Tiada Tuhan Selain Allah)."

6. MENURUT AL QURAN

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.
QS Al Hajj 5 - 7
Dan demikian Kami mempertemukan dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.
QS Al Kahfi : 21

7. ISLAM KEMBALI MENJADI ASING SEPERTI KETIKA BARU MUNCUL

Dalam sebuah hadist shahih dari Abdullah bi Mas'ud RA, dari Rasululullah SAW,
"Sesungguhnya Islam bermula merupakan sesuatu yang asing, dan akan kembali asing seperti semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing tersebut."

8. GAMBARAN MENGENAI DAHSYATNYA KIAMAT

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) .
Dan terang benderanglah bumi (padang masyar) dengan cahaya (keadilan)Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan amal) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.
Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.
QS Az Zumar : 68-70
Allah SWT menyuruh Isrofil meniup tiupan pertama kemudian terkejutlah segenap penghuni langit dan bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Ketika itu Allah Ta'ala menyuruh Isrofil memperpanjang tiupannya tanpa henti. Itulah yang difirmankan Allah SWT,
Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang .
QS Shad : 15
maka gunung-gunung pun berjalan bagai awan, lalu menjadi fatamorgana. Bumi bergoyang hebat, menggoyangkan penghuninya bagai perahu di laut lepas, dihempas ombak kian kemari. Penghuninya terombang-ambing bagai lampu yang digantung di arsy. Hati siapapun menjadi gemetar karenanya. Allah Subahahu Wa Ta'ala berfirman:
pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,
tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
QS An Nazi'at: 6-8

Bumi bergoyang hebat, menggoyangkan penghuninya. Wanita-wanita yang menyusui tidak peduli (terhadap anak yang disusuinya), wanita-wanita hamil menggugurkan kandungannya. Anak kecil beruban. Manusia berhamburan, lari ketakutan ke sana kemari karena terkejut, sedang para malaikat menghadang mereka lalu menghantam muka-muka mereka. Maka mereka pun berbalik lagi, lari terbirit-birit. Dan tidak ada seorang pun yang bisa melindungi mereka dari azab Allah, meskipun mereka saling memanggil minta pertolongan.

Ketika manusia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba bumi terbelah menjadi dua, (masing-masing bergeser) dari satu arah kearah yang lain. Lalu mereka melihat suatu kejadian amat dahsyat, yang tak pernah mereka melihat hal serupa sebelumnya. Dan hanya Allah saja yang tahu penderitaan dan kesengsaraan mereka saat itu. Dan hanya Allah saja yang tahu betapa penderitaan dan kesengsaraan mereka saat itu. Ketika mereka melihat ke langit, ternyata langit telah berubah menjadi cairan logam, kemudian terbelah. Maka berhamburanlah bintang-bintang yang ada disana, sedang matahari dan bulan tidak lagi bercahaya.
Abu Hurairah bertanya, "Siapakah yang dikecualikan Allah dalam firmanNya,
Dan hari ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
QS An Naml : 87
Rasulullah menjawab, "Mereka adalah para syuhada. Keterkejutan itu akan sampai kepada siapapun yang hidup. Dan para syuhada itu hidup disisi Allah dan mendapat rezeki. Namun Allah memelihara mereka dan memberi keamanan dari keterkejutan pada hari itu. Karena keterkejutan itu adalah azab Allah yang diperuntukkan kepada makhluk-makhlukNya yang jahat. Demikianlah mereka terus menerus didera azab. Kemudian Allah menyuruh Israfil meniup sangkakalanya dengan tiupan mematikan. Maka penghuni langit dan bumi pun mati semuanya, kecuali mereka yang dikehendaki Allah.
Lalu jin dan manusia pun dibangkitkan kembali dari kematiannya dan dikumpulkan kemudian berteriaklah Dia sekeras-kerasnya seraya berfirman, "Hai sekalian jin dan manusia, sesungguhnya Aku telah diam saja terhadap kamu sekalian sejak saat Aku menciptakan kamu sampai hari ini. (Selama itu) Aku mendengar perkataanmu dan melihat perbuatanmu. Maka, dengarlah Aku sekarang. Inilah semua perbuatanmu dan catatan-catatan amalmu, dibacakan kepadamu. Barangsiapa mendapatkan yang lain, jangan mencela selain dirinya sendiri."
Selanjutnya Allah Ta'ala menyuruh neraka Jahannam menjulurkan lehernya, maka keluarlah lehernya, menjulur tinggi-tinggi berwarna gelap, lalu Allah berfirman:
Dan : "Berpisahlah kamu pada hari ini (dari orang-orang mukmin), hai orang-orang yang berbuat jahat.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.
Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan ?.
Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam .
Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.
QS Yasin : 59 - 64

Maka saat itulah kebahagiaan yang besar bagi orang beriman dan beramal soleh sepanjang umurnya di dunia, tetapi bagi orang kafir, fasik dan munafik, hari itu merupakan puncak kemalangan mereka atas keduhakaan mereka sepanjang hidup di dunia.

Jazakumulloh khoiron katsiro

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman
QS 51 : 55

Senin, 08 Juni 2009

Tugas Besar Aljabar Linear C

Buat program untuk metode - metode tertentu :
  1. Aplikasi kalkulator matriks ( +, -, x, invers );
  2. Penyelesaian SPL dengan metode gauss; download
  3. Penyelesaian SPL dengan metode cramer;
  4. Penyelesaian SPL dengan metode invers;
  5. Aplikasi mencari nilai determinan matriks menggunakan kofaktor dan sarrus.
Ketentuan :
  • Minimal aplikasi bisa digunakan untuk matriks ordo 4x4 ( berarti ordo 2x2, 3x3 juga harus bisa, lebih bagus lagi jika lebih dari ordo 4x4 );
  • Bisa menggunakan pemograman yang kalian mampu ( bebas menggunakan program apa saja );
  • yang harus dikumpulkan :
  1. Hasil aplikasi / program yang dibuat;
  2. laporan akhir yang berisi : judul, penjelasan fitur, hasil uji coba aplikasi + penghitungan manual dengan kasus yang sama; dan dikumpulkan ke ko'ordinator dalam bentuk file dan burning kedalam CD; paling lambat tanggal 29 Juni 2009;
  • Presentasi pertemuan ke-7 dan 8 ( tanggal 29 Juni dan 6 Juli 2009 );
  • Tidak ada UAS.

Kamis, 04 Juni 2009

Hadist "Banyak Bicara Yang Dibuat - buat"

Dari al-Mughirah bin syu’bah radhiyallaahu anhu, ia berkata: aku mendengar Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak menyukai 3 perkara bagi kalian, yaitu banyak bicara, menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya(dalam perkara yang tidak perlu ditanyakan) (Mutafaq ‘alaihi)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallaahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Di antara orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaqnya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara dan orang yang berbicara dengan mulut penuh (untuk mempertontonkan kefasihannya) dan orang yang banyak bicaranya, serta membuka mulutnya lebar-lebar. (Mutafaq ‘alaihi)

Hadist "Menangis Sebab Takut Karena Allah"

Dari Ibnu Umar radhiyallaahu anhu, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata, aku mendengar Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Ada seorang kiflu (orang yang suka menjamin urusan orang lain) dari Bani Israil yang tidak berhati-hati dari dosa yang dilakukannya. Suatu ketika ia didatangi seorang wanita. Kemudian ia memberikan 6 dinar kepada wanita itu dengan syarat boleh menyetubuhinya. Ketika ia benar-benar ingin melaksanakan maksudnya, wanita itu mendadak menggigil ketakutan & menangis.

Kemudian laki-laki itu berkata: "Apa yang menyebabkan engkau menangis?"
Wanita itu berkata: "Aku menangis karena perbuatan seperti ini belum pernah kulakukan selama ini. Aku tidak terdorong melakukannya kecuali karena kebutuhan yang mendesak."
Laki-laki itu berkata: "Jadi engkau menangis karena takut karena Allah? Sungguh aku lebih pantas untuk takut kepada Allah. Pergilah dan ambillah jadi milikmu apa yang telah kuberikan tadi. Demi Allah, aku tidak akan menentang Allah lagi setelah ini selamanya."

Hadist "Menginginkan Suatu Urusan"

Rasulullah saw bersabda: apabila salah seorang diantara kamu menginginkan suatu urusan, maka sholat lah dua raka`at selain sholat fardhu kemudian bacalah: " Ya Allah! Sesungguhnya dengan Ilmu-Mu aku meminta agar Engkau memilih yang terbaik untukku dan dengan Kuasa-Mu aku meminta agar Engkau membantuku dan aku meminta dari pada keutamaan Engkau yang amat Agung. Sesungguhnya engkau Maha Berkuasa dan aku tidak berkuasa dan Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkaulah yang Mengetahui tentang yang ghaib. Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini [disebutkan urusan tersebut adalah baik untuk aku demi agama, kehidupan dan akibat sekarang serta yang akan datang, maka takdirkanlah untukku. Akan tetapi jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini adalah buruk untuk aku demi agama, kehidupan dan akibat sekarang serta yang akan datang, maka jauhilah ia dari aku dan jauhilah aku darinya. Takdirkanlah untukku kebaikan dimana sahaja kemudian redhailah aku dengan kebaikan tersebut" (Al-Bukhari 1096)

Masihkah ada yang berdo'a untukmu...?

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, “Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

“Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . ” kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, “Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit”.

Dengan lembut si Malaikat berkata, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu”.

Tampa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka”.

Kata Malaikat, “Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu”

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, ” Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan
seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri.”

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat”.

Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya.. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya,”Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?”

Jawab si Malaikat, ” Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah”. Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal,karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00″.

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. “Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. “

“Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalauseorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. “

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain… Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.

Selasa, 02 Juni 2009

Macam - Macam Hati

Hati itu bisa hidup dan bisa mati. Sehubungan dengan itu, hati dapat dikelompokkan menjadi:

[1]. Hati yang sehat
[2]. Hati yang mati
[3]. Hati yang sakit

Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Pada hari kiamat nanti, barangsiapa menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa membawanya tidak akan selamat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat." [Asy-Syu'ara : 88-89]

Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam . Ubudiyahnya murni kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Iradahnya, mahabbahnya, inabahnya, ikhbatnya, khasyyahnya, roja'nya, dan amalnya, semuanya lillah, karenaNya. Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ini saja tidak dirasa cukup. Sehingga ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan atau pun perbuatan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kalian bersikap lancing (mendahului) Allah dan RasulNya, dan bertaqwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Al-Hujurat : 1]

Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya dengan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridlaiNya. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ia tidak peduli dengan keridlaan atau kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala . Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala . Jika ia mencinta, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridlaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi. Ia diseru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan negeri akhirat, tetapi ia berada di tempat yang jauh sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia mengikuti setiap setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta selain kepada kebatilan.[1]. Bergaul dengan orang yang hatinya mati ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengan mereka adalah bencana.

Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada 'kehidupan', dan kadang-kadang pula cenderung kepada 'penyakit'. Padanya ada kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad [2], kibr [3], dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru; penyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat, paling akrab.

Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu', tawadlu', lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati, Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.


[Diketik ulang dari: "Tazkiyah An-Nafs, Konsep Penyucian Jiwa Menurut Para Salaf", Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Ibnu Rajab al-Hambali, Imam Ghazali. Pentahqiq: Dr. Ahmad Farid. Penerjemah: Imtihan Asy-Syafi'i. Editor: Abu Fatiah Al Adnani . Penerbit: Pustaka Arafah, Solo. Cetakan Pertama: Februari 2001/Dzul Qa'dah 1421 H, hal.22-24]
_________
Foote Note
[1]. Disebutkan dalam sebuah hadits, "Cintamu kepada sesuatu akan membutakanmu dan menulikanmu," Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Al- Adab XIV/38 secara marfu'dan oleh Imam Ahmad dalam Musnad V /194 secara marfu', juga VI/450 secara mauquf. Semuanya dari Abu Darda'. Abu Dawud tidak mengomentari hadits ini. Namun sebagian ulama menghasankannya, dan sebagian yang lain mendlaif-kannya.
[2]. Hasad atau dengki adalah sikap tidak suka melihat orang lain mendapat nikmat dan mengharapkan nikmat itu lenyap darinya.
[3]. Kibr atau sombong adalah menganggap remeh orang lain. Rasulullah bersabda, Kibr itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." HR. Muslim II/89

Pencuri Berita Langit

Mengapa ramalan dari tukang ramal, dukun, paranormal, atau tukang sihir terkadang sesuai dengan kenyataan? Ternyata ada yang mencuri berita dari langit. Mereka bekerjasama dengan syaithan dari bangsa jin yang berusaha menyadap berita yang terjadi dari langit.

Alloh menciptakan langit berlapis-lapis dan bertingkat-tingkat. Alloh berfirman yang artinya,

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (Qs. Al Mulk: 3).

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?” (Qs. Nuh: 15). Tiap-tiap lapisan ada penghuninya sebagaimana halnya bumi. Alloh berfirman, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Alloh.” (Qs. Al Isra’: 44)

Berita Langit

Sebagaimana telah maklum bahwa sumber segala urusan adalah berasal dari Alloh. Dia berfirman, “Alloh mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu.” (Qs. Ar Ra’d: 2). Jadi, Alloh mengatur segala urusan sesuai dengan kehendaknya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (Qs. Yasin: 82). Inilah yang disebut dengan berita langit. Apapun yang terjadi di alam semesta ini tidak lepas dari ilmu, kehendak, ciptaan dan takdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu minta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. Ar Rahman: 29). Maksudnya Alloh senantiasa dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain.

Fungsi Bintang di Langit

Alloh menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia. Semua mengandung hikmah. Alloh menjadikan bintang-bintang di langit selain sebagai hiasan dan penunjuk arah adalah untuk menjaga langit dari para pencuri beritanya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat (langit dunia) dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaithan yang sangat durhaka, syaithan-syaithan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (Qs. Ash Shaffat: 6-10)
Qotadah berkata, “Bintang-bintang diciptakan untuk 3 perkara; sebagai hiasan langit, alat pelempar syaithan-syaithan, dan penunjuk arah. Barangsiapa yang menafsirkan keberadaan bintang-bintang itu untuk selain dari 3 perkara tersebut maka dia telah salah dan menyia-nyiakan amalnya serta memberat-beratkan dirinya dengan sesuatu yang tidak ia ketahui. (HR. Al Bukhori)
Penjagaan Langit

Jin-jin itu berkata sebagaimana diceritakan Alloh, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (Qs. Al Jin: 8-9)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila Alloh menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar’. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Ketika itulah, (syaithan-syaithan) penyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: Sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang ada di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi kadangkala syaithan penyadap berita itu terkena syihab (panah api) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal meIakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: ‘Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)’, sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari Iangit.” (HR. Al Bukhori).

Ilmu Ghoib Hanya Milik Alloh

Akhirnya kita mengetahui bahwa ilmu para dukun dan konco-konconya hanyalah berasal dari syaithan, si pencuri berita langit. Sebelum sampai kepada para dukun, syaithan telah menambah kedustaan-kedustaan di dalamnya. Berita atau informasi yang ia sampaikan terkadang bisa benar dan lebih banyak salahnya. Ditambah lagi dengan berbagai macam bumbu-bumbu kebohongan oleh sang dukun, seperti pemenuhan syarat-syarat supaya lebih terkesan ‘meyakinkan’. Tapi anehnya masih banyak juga orang yang mendatangi dukun atau yang sejenisnya untuk bertanya perkara-perkara ghoib, yang dukun itu sendiri tidak mengetahuinya. Kalau kita mau berpikir sedikit kritis, siapakah yang mengabarkan kepada para dukun berita-berita seputar nasib seseorang, mencari barang yang hilang? Apakah Alloh mewahyukan kepadanya? Ataukah Jibril mendatanginya? “Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Alloh’, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (Qs. An Naml: 65)

Renungkanlah!

Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu yang bathil. Buktinya, bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya? Oleh karena itu serahkanlah segala urusan kepada pemiliknya. Segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Alloh. Jika kita ditimpa musibah kehilangan sesuatu yang amat kita cintai, maka jangan mendatangi para dukun apalagi paranormal. Tapi kembalikanlah kepada Alloh. “Dan hanya kepada Alloh dikembalikan segala urusan.” (Qs. Al Baqoroh: 210). Yakinlah, Alloh akan mengganti dengan yang lebih baik. Insya Alloh.

***

Penulis: Nurdin Abu Yazid
Artikel www.muslim.or.id

10 Nasihat Ibnu Qayyim untuk Bersabar Agar Tidak Terjerumus Dalam Lembah Maksiat

Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi dan Rasul paling mulia. Amma ba’du.

Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:

Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.

Kedua, merasa malu kepada Allah… Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya… Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah…

Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu.

Apabila engkau berlimpah nikmat maka jagalah, karena maksiat akan membuat nikmat hilang dan lenyap

Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.

Keempat, merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya

Kelima, mencintai Allah… karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya… Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.

Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya… Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat…

Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri… karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati…

Kedelapan, memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.

Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.

Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas… yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati… Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.

***

Diterjemahkan dari artikel berjudul ‘Asyru Nashaa’ih libnil Qayyim li Shabri ‘anil Ma’shiyah, www.ar.islamhouse.com

Alih Bahasa: Abu Muslih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id

Muhammad SAW dimata Cendikiawan Prancis

Alphonse Louis Marie de bokong de Lamartine (Alphonse-Marie-Louis de bokong de Lamartine) (21 Oktober 1790 - 28 Februari 1869) adalah seorang penulis Prancis penulis, penyair dan politikus, lahir di Mâcon, Burgundia Bahasa Prancis ke provinsi budi mulia.

Lamartine di depan Hotel De Ville Paris tahun 1848

Dalam Bukunya Historie de la Turquie yang diterbitkan di Paris 1854, jilid II Hal 276-277 menulis pendapatnya tentang Tokoh Nabi Muhammad Simak

“Tidak ada pernah ada seorang manusia yang dengan sengaja atau tidak sengaja menetapkan bagi dirinya sendiri suatu tujuan yang lebih luhur dari dia karena tujuan ini adalah tujuan Ilahi, untuk memusnahkan tahyul-tahyul yang telah memisahkan manusia dari Penciptanya, untuk menghubungkan manusia dengan Tuhan, untuk memulihkan idea suci dan rasional tentang ketuhanannya di tengah-tengah kekacauan dewa-dewa material dan di salah gambarkan dalam penyembahan berhala yang ada pada masa itu. Tidak ada orang yang pernah mengambil pekerjaan yang demikian jauh di atas kekuatan insani dengan alat-alat yang sangat sederhana, karena ia menerima konsepsi serta pelaksanaan rencana besar tanpa alat, kecuali dirinya sendiri, dan tiada bantuan lain kecuali beberapa orang yang hidup di pelosok padang pasir. Akhirnya, tidak pernah ada orang yang seperti dia menyelesaikan revolusi besar dan kekal di dunia, sebab dalam masa dua abad setelah munculnya Muhammad, Islam memerintah seluruh tanah Arab dan menaklukkan Persia, Khurasan, Transoxania, India Barat, Sirya, Mesir, Abesinia, seluruh bagian Afrika Utara yang telah dikenal pada masa itu, berbagai pulau di Laut Tengah, Spanyol dan sebagian Prancis.

Kalau kebenaran tujuan dan kecilnya alat serta hasil-hasil menakjubkan merupakan tiga ukuran kebesaran manusia, siapakah yang berani membandingkan Muhammad dengan orang besar dalam sejarah Modern? Orang-orang yang paling masyhur menciptakan senjata, undang-undang dan experiment-experimen melulu. Yang mereka dirikan tidak lebih dari kekuatan materil yang sering ambruk di hadapan mata mereka sendiri. Laki-laki ini tidak hanya menggerakkan tentara, hukum, empirium, manusia dan dinasti-dinasti, melainkan juga berjuta-juta manusia dalam sepertiga bagian dunia yang telah dikenal pada masa itu, dan lebih dari itu, ia menggoncangkan rumah-rumah berhala, mengobarkan idea-idea agama, kepercayaan-kepercayaan serta jiwa manusia. Di atas dasar sebuah kitab yang setiap hurufnya telah menjadi hukum, ia menciptakan suatu kebangsaan spiritual yang mempersatukan manusia dari segala ras dan bahasa. Ia telah meninggalkan kepada kita karakteristik kebangsaan Muslimin yang tidak dapat dihapuskan, kebencian akan tuhan tuhan palsu serta kecintaan kepada Tuhan Yang Esa dan Gaib.Patriotisme yang menentang setiap bentuk penghinaan kepada Tuhan Yang Esa membentuk kebajikan pengikut-pengikut Muhammad, penaklukkan sepertiga bagian bumi ke dalam ajarannya adalah suatu keajaiban, itu bukanlah bagi keajaiban dari satu orang, melainkan keajaiban bagi akal.

Idea Keesaan Tuhan yang di proklamirkan di tengah-tengah kelapukan Theologia pada waktu itu, dalamnya sendiri adalah satu keajaiban yang demikian rupa sehingga dengan ucapan lidahnya ia menghancurkan rumah-rumah berhala dan dewa-dewa, serta membakar semangat sepertiga dunia. Hidupnya, renungannya, pembuktian-pembuktian kelapukan tahyul-tahyul yang dilakukan secara satria dalam negerinya, dan keberaniannya menentang kemarahan orang-orang jahilliyah pada waktu itu, keteguhannya menanggung penderitaan selama tigabelas tahun di Mekah, kesediaannya menanggung penghinaan masyarakat dan sampai hamper menjadi korban bangsanya, hijrahnya, khutbahnya yang tiada henti-hentinya, peperangannya melawan sejumlah besar manusia, keyakinan akan kemenangannya dan ketabahannya yang diluar kemampuan manusia dalam mengalami nasib buruknya, kesabarannya dalam kemenangan, hasratnya yang sama sekali diabdikan kepada satu idea dan sama sekali bukan untuk membuat suatu empirium, ibadatnya yang tidak putus-putusnya, ibadatnya yang tidak putus-putusnya, percakapan gaibnya dengan Tuhan, wafatnya dan kejayaannya sesudah wafat. Segalanya ini tidak menunjukkan bahwa ia seorang yang pura-pura, namun sebaliknya membuktikan dengan keyakinan besar dalam memberikan kekuatan untuk memperbaiki suatu dogma. Dogma ini bermakna dua, Keesaan dan kegaiban Tuhan, yang pertama mengatakan apa Tuhan itu, yang kedua mengatakan apa yang bukan Tuhan, yang satu membuang tuhan-tuhan palsu dengan pedang, yang lainnya memulai suatu idea dengan kata-kata.

Filosof, orator, pembawa hukum, pejuang, penakluk idea-idea, pembangun dogma rasional dari suatu agama tanpa patung-patung pembentuk duapuluh empirium dunia dalam satu empirium spiritual, itulah dia Muhammad. Berhubung dengan segala standard yang dapat dipergunakan untuk mengukur kebesaran manusia, kita boleh bertanya, adakah orang yang lebih besar dari dia?”